Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Tarekat (Bahasa
Arab: طرق,
transliterasi: Tariqah) berarti "jalan" atau
"metode", dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme
dalam Islam. Ia secara konseptual terkait dengan ḥaqīqah atau
"kebenaran sejati", yaitu cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh
para pelaku aliran tersebut. Seorang penuntut ilmu agama akan memulai
pendekatannya dengan mempelajari hukum
Islam, yaitu praktik
eksoteris atau duniawi Islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan
mistis keagamaan yang berbentuk ṭarīqah. Melalui praktik spiritual dan
bimbingan seorang pemimpin tarekat, calon penghayat tarekat akan berupaya untuk
mencapai ḥaqīqah (hakikat, atau kebenaran hakiki).
Daftar isi
- 1 Arti tarekat
- 2 Empat tingkatan spiritual
- 3 Mempelajari tarekat
- 4 Tanggapan
- 5 Tarekat-tarekat di Indonesia
- 6 Lihat pula
- 7 Referensi
Arti
tarekat
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab
thoriqoh, jamaknya thoraiq, yang berarti: (1) jalan atau petunjuk
jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan
(al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung
(‘amud al-mizalah).
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad
bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik
(para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Dengan demikian tarekat memiliki dua
pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada
individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai
persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya
lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat
itu mempunyai tiga sistem, yaitu: sistem kerahasiaan, sistem kekerabatan
(persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau khalifah
suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub. Kedudukan guru tarekat diperkokoh
dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat
dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa’ah atau limpahan pertolongan
dari guru.
Pengertian diatas menunjukkan
Tarekat sebagai cabang atau aliran dalam paham tasawuf.
Pengertian itu dapat ditemukan pada al-Thoriqoh al-Mu'tabarah al-Ahadiyyah,
Tarekat Qadiriyah, THORIQOH NAQSYABANDIYAH, Tarekat Rifa'iah, Tarekat Samaniyah
dll. Untuk di Indonesia ada juga yang menggunakan kata tarekat sebagai sebutan
atau nama paham mistik yang dianutnya, dan tidak ada hubungannya secara langsung
dengan paham tasawuf yang semula atau dengan tarekat besar dan kenamaan.
Misalnya Tarekat Sulaiman Gayam (Bogor), Tarekat Khalawatiah Yusuf (Suawesi
Selatan) boleh dikatakan hanya meminjam sebutannya saja. Bahkan di Manado ada
juga Biara Nasrani yang menggunakan istilah Tarekat, seperti Tarekat SMS
Joseph.
Empat
tingkatan spiritual
Bagan yang menggambarkan kedudukan
tarekat dalam empat tingkatan spiritual (syari'ah,
tariqah, haqiqah, dan ma'rifah yang
dianggap tidak terlihat)
Kaum sufi berpendapat bahwa terdapat
empat tingkatan spiritual umum dalam Islam, yaitu syari'at, tariqah,
haqiqah, dan tingkatan keempat ma'rifat yang merupakan tingkatan
yang 'tak terlihat'. Tingkatan keempat dianggap merupakan inti dari wilayah
hakikat, sebagai esensi dari seluruh tingkatan kedalaman spiritual beragama
tersebut.
Mempelajari
tarekat
Syarat
Muhammad Hasyim Asy'ari sebagaimana dikutip oleh Muhammad Sholikhin, seorang
peng-analisis tarekat dan sufi mengatakan bahwa ada delapan syarat dalam
mempelajari tarekat:[1]
- Qashd shahih, menjalani tarekat dengan tujuan yang benar. Yaitu menjalaninya dengan sikap ubudiyyah, dan dengan niatan menghambakan diri kepada Tuhan.
- Shidq sharis, haruslah memandang gurunya memiliki rahasia keistimewaan yang akan membawa muridnya ke hadapan Ilahi.
- Adab murdhiyyah, orang yang mengikuti tarekat haruslah menjalani tata-krama yang dibenarkan agama.
- Ahwal zakiyyah, bertingkah laku yang bersih/sejalan dengan ucapan dan tingkah-laku Nabi Muhammad SAW.
- Hifz al-hurmah, menjaga kehormatan, menghormati gurunya, baik ada maupun tidak ada, hidup maupun mati, menghormati sesama saudaranya pemeluk Islam, hormat terhadap yang lebih tua, sayang terhadap yang lebih muda, dan tabah atas permusuhan antar-saudara.
- Husn al-khidmah, mereka-mereka yang mempelajari tarekat haruslah mempertinggi pelayanan kepada guru, sesama, dan Allah SWT dengan jalan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
- Raf' al-himmah, orang yang masuk tarekat haruslah membersihkan niat hatinya, yaitu mencari khashshah (pengetahuan khusus) dari Allah, bukan untuk tujuan duniawi.
- Nufudz al-'azimah, orang yang mempelajari tarekat haruslah menjaga tekat dan tujuan, demi meraih makrifat khashshah tentang Allah.
Tujuan
Tujuan tarekat adalah membersihkan
jiwa dan menjaga hawa-nafsu untuk melepaskan diri dari pelbagai bentuk ujub,
takabur, riya', hubbud dunya (cinta dunia), dan sebagainya. Tawakal,
rendah hati/tawadhu', ridha, mendapat makrifat dari Allah, juga menjadi tujuan
tarekat.[2]
Tanggapan
Ada yang menganggap mereka yang
menganggap orang-orang sufi dan tarekat sebagai orang yang bersih (shafa)
dari kekotoran, penuh dengan pemikiran "dan yang baginya sama saja antara
nilai emas
dan batu-batuan,"
tulis Muhammad Sholikhin dalam bukunya. Ada pula yang menganggap mereka
mencapai makna orang yang berkata benar, semulia-mulianya manusia
setelah para Nabi
sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa
(4):69.[2]
Namun, Ibnu Taimiyah mengatakan pendapat ini salah sama sekali. Yang benar,
adalah "orang-orang yang berijtihad dalam ketaatannya kepada Allah."[3]
Tarekat-tarekat
di Indonesia
Berikut ini adalah Thoriqoh-thoriqoh
utama yang ada dan berkembang di Indonesia:
- Tarekat Alawiyyah
- Tarekat Idrisiyah
- Tarekat Khalwatiyah
- Tarekat Nahdlatul Wathan
- Tarekat Naqsyabandiyah
- Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah
- Tarekat Qodiriyah
- Tarekat Rifa'iah
- Tarekat Samaniyah
- Tarekat Shiddiqiyyah
- Tarekat Syadziliyah
- Tarekat Syattariyah
- Tarekat Tijaniyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar