embrio bersel dua selama 13 tahun. .[1][2]
Banyak cerita
misteri yang mengisahkan pengalaman dari orang yang pernah mengalami mati suri
seperti ada yang merasa berada di lorong gelap yang terdapat cahaya terang di
ujungnya. Ada pula yang merasa dirinya keluar dari tubuhnya sendiri. Namun
hingga kini ilmu kedokteran belum dapat mengungkapkan rahasia di balik mati
suri maupun kebenaran dari pengalaman tersebut.
Membuat astronot dalam keadaan mati suri telah diajukan sebagai salah
satu cara bagi beberapa individu untuk mencapai sebuah planet maupun bintang
yang amat jauh. Sejak tahun 1970-an, hipotermia telah diinduksi untuk beberapa operasi jantung terbuka
sebagai alternatif untuk mesin jantung-paru. Namun hal tersebut hanya
menyediakan waktu terbatas untuk beroperasi serta ada risiko pada jaringan dan
kerusakan otak untuk periode berkepanjangan.
Referensi
Mati suri (NDE – Near Death Experience /
Pengalaman Mendekati Ajal) terjadi semakin sering karena meningkatnya kemampuan
sains untuk menyelamatkan hidup manusia bahkan di saat kritis. Isi dari NDE dan
efek pada pasien tampaknya sama di dunia ini, tidak peduli budaya dan masanya.
Sifat subjektifnya dan ketiadaan kerangka referensi untuk pengalaman ini
membawa pada faktor individual, budaya dan agama menentukan kosakata yang
dipakai untuk menjelaskan dan menafsirkan pengalamannya. Sebagai contoh, jika
kamu buddha, kamu kemungkinan akan merasakan pengalaman yang sesuai ajaran
buddha. Jika kamu muslim, kemungkinan besar kamu merasakan apa yang kamu yakini
sesuai ajaran agamamu. Jika kamu kristen, kemungkinan besar akan sesuai dengan
ajaran kristen dsb. Karenanya, ada kemungkinan kalau mati suri seperti apa yang
dirasakan seseorang ketika mimpi.
Sebelum mendefinisikan mati suri, kita
harus mengetahui apa itu definisi mati. Sebelumnya definisi mati yang diterima
komite Ad Hoc Harvard Medical School di tahun 1968 adalah lenyapnya seluruh
fungsi otak. Walau begitu, kemudian ditemukan adanya pasien yang seluruh
otaknya telah mati, namun jantungnya masih berdetak. Detak lemah ini disebabkan
oleh fungsi paru-paru. Bila paru-paru tetap dipaksa bernapas, orang ini masih
mungkin untuk mencerna makanan, melakukan ekskresi dan bahkan bereproduksi.
Karenanya definisi ini dipandang tidak sesuai lagi. Untuk itu dipakai definisi
baru yaitu kematian sel otak. Kematian terjadi bila kerusakan sel otak permanen
karena tidak adanya oksigen. Dengan definisi ini, maka pasien yang paru-parunya
masih memompa oksigen ke otak lewat jantung walaupun otak tidak dapat
berfungsi lagi (mati dalam definisi Harvard) masih dapat dipandang masih hidup.
Jadi definisi mati merupakan sebuah proses
yang melibatkan tiga organ utama: jantung, paru-paru dan otak. Walau ketiga
organ ini saling kait dan kematian salah satunya akan membawa pada kematian dua
lainnya, seseorang baru boleh dikatakan meninggal bila ketiganya telah
sepenuhnya berhenti berfungsi.
Mati suri sendiri dapat didefinisikan
sebagai ingatan yang dilaporkan
dari seluruh kesan yang didapatkan seseorang dalam kondisi sadar khusus,
termasuk sejumlah unsur khususnya seperti keluar dari jasad, perasaan damai,
melihat lorong, melihat cahaya, bertemu keluarga yang telah wafat atau sebuah
peninjauan ulang pengalaman semasa hidup. Kondisi ini terjadi pada saat-saat
seseorang menjelang kondisi mati.
Tidak ada satupun pengalaman yang sama
dirasakan oleh semua orang yang selamat dari mati suri. Akibatnya sulit untuk
melihat adanya nilai objektif dari laporan penderita mati suri. Walau begitu,
dapat saja mati suri sebenarnya beberapa jenis pengalaman berbeda yang
faktornya belum ditemukan, bukannya satu jenis pengalaman saja yang kita
namakan NDE. Sebagian pengalaman, seperti pengalaman mistik, melihat cahaya di
ujung terowongan, peninjauan ulang masa hidup dan keluar dari jasad, merupakan
pengalaman yang paling menarik minat parapsikolog. Yang paling sering dipakai
adalah pengalaman keluar dari jasad, yang dipakai sebagai bukti adanya roh dan
kelangsungan hidup setelah mati.
Banyak dilaporkan menjadi penyebab mati
suri, seperti kemacetan jantung (mati klinis), shock pasca pendarahan besar,
cedera otak traumatik atau haemorrhage intra cerebral (pendarahan di dalam
otak), nyaris tenggelam (asphyxia), namun juga dalam penyakit serius yang tidak
seketika mengancam jiwa. Pengalaman yang serupa dengan mati suri dapat juga
terjadi saat fase terminal suatu penyakit yang disebut visi kematian.
Pengalaman serupa seperti pengalaman takut mati juga dilaporkan setelah situasi
dimana kematian sudah pasti akan terjadi seperti saat mengalami kecelakaan lalu
lintas atau pendakian gunung.
Mati suri bersifat transformasional.
Artinya ia mampu mengubah seluruh pandangan hidup seseorang, dan juga bahkan
menghilangkan rasa takut mati pada diri seseorang. Kondisi mati suri sebenarnya
sering terjadi, dan dipandang sebagai suatu yang misterius bagi banyak dokter.
Mereka sering kali mengabaikan laporan pengalaman atau medis bila sang pasien
berhasil selamat dari kematian.
Istilah Near Death Experience diberikan
pertama kali tahun 1975 dalam buku Life After Life karya Dr. Raymond Moody.
Dari sinilah perhatian publik pada masalah ini mulai berkembang. Walau begitu,
cerita tentang mati suri telah beredar sejak lama sepanjang sejarah. Plato
dalam karyanya, Republic, yang ditulis tahun 360 SM, menceritakan tentang
seorang prajurit bernama Er yang mengalami mati suri setelah terbunuh di medan
perang. Er menceritakan jiwanya meninggalkan tubuh, diadili bersama jiwa
lainnya dan melihat surga. Seperti yang kita lihat disini, bisa jadi pengalaman
mati suri seperti ini disebabkan oleh keyakinan agamanya. Namun hal yang
sebaliknya juga mungkin terjadi, agama muncul disebabkan oleh pengalaman orang
yang mati suri.
Keracunan Karbon Dioksida
Penelitian terbaru oleh Zalika
Klemenc-Ketis dan kawan-kawan yang dilaporkan di Jurnal Critical Care baru saja
menemukan satu-satunya hal yang ditemukan pada semua orang yang mengalami mati
suri. Tim peneliti mempelajari 52 pasien serangan jantung yang dirawat di tiga
rumah sakit dalam kondisi kritis. Sebelas diantaranya melaporkan mengalami mati
suri. Tim peneliti menemukan bahwa saat mengalami serangan jantung, mereka
semua mengalami gejolak gas di dalam darah, seperti Karbon Dioksida. Dari semua
gas ini, ada satu gas yang naik hanya pada mereka yang mengalami mati suri. Gas
ini adalah Karbon Dioksida.
Dalam penelitian ini disimpulkan pula kalau
jenis kelamin, usia, agama, waktu yang diperlukan untuk menghidupkan dan obat
yang digunakan untuk perawatan, tidak berkorelasi nyata dengan perasaan mati
suri. Hanya karbon dioksida, itu saja.
Hal ini didukung fakta kalau orang
yang menghirup terlalu banyak karbon dioksida, atau berada pada ketinggian yang
dapat meningkatkan konsentrasi karbon dioksida darah seperti pilot, juga
mengalami sensasi seperti mati suri.
Ini penemuan penting dalam pemahaman kita
tentang mati suri. Kita telah tau kalau semua orang yang mati suri memiliki
konsentrasi karbon dioksida tinggi dalam darahnya. Tidak peduli dia kiai atau
ateis, tidak peduli mati karena kecelakaan atau penyakit. Semua sama.
Tapi ada satu masalah. Saat mengalami
serangan jantung, semua orang memiliki konsentrasi karbon dioksida yang tinggi
di darahnya. Tapi hanya 10 persen saja yang mengalami mati suri.
Penelitian ini jelas meruntuhkan hipotesis
dualisme jasad-jiwa, yang mengatakan kalau ada keterpisahan antara jiwa dan
jasad manusia. Bagaimana mungkin jiwa seseorang keluar dari jasad namun masih
terpengaruhi oleh kadar karbon dioksida di darah, dan darah berada di jasad tersebut?
Karenanya paradigma monisme (kesatuan
jasad-jiwa) tetap didukung fakta dan arah penelitian mati suri telah benar
sebagaimana diduga para ilmuan sejak lahirnya sains biologi.
Referensi
1. Van Lommel W,
Van Wees R, Meyers V, Elfferich I. Near-death experience in survivors of
cardiac arrest: a prospective study in the Netherlands. Lancet
2001;358:2039-2045.
2. Ed Grabianowski.
2010. How Near-death Experiences Work?
3. Robert Todd Carrol. 2003.
Skeptics Dictionary: NDE
4. Jody A. Long,
2008. Dreams,
Near-Death Experiences, and Reality
5. Kevin Williams.
2007. Questions and Answers: An interview with Kevin
Williams
6. Kevin Williams.
2007. The NDE and Mental Telepathy
7. Klemenc-Ketis Z, Kersnik J, Grmec
S The effect of carbon dioxide on near-death experiences
in out-of-hospital cardiac arrest survivors: a prospective observational study
Critical Care 2010, 14:R56 (8 April 2010)
8. Greyson, B. Hypercapnia and
hypokalemia in near-death experiences.Critical Care 2010, 14:420
(27 May 2010)
9. Kevin Williams.
2007. The NDE and Death
10. Kevin Williams. 2007. The NDE and Out-of-Body
11. John Roach. 2006. High-Altitude Suits Keep Pressure on Pilots
12. Kevin Williams. 2007 The NDE and Heaven
13. Jody A. Long. 2008. Near-Death
Experience, Religion, and Spirituality
14. Wikipedia. 2010. Near Death Experience
Tidak ada komentar:
Posting Komentar